Makam Awliya’ Tambak Ngadi Kediri: Makam Para Pecinta al-Quran

Komentar Gusdur tentang Makam Tambak (Kompas 1993)

TIGA tahun lalu, di beranda sebuah surau di Tambak, Desa Ploso, Kediri, saya (Gus Dur) berhasil mengejarnya. Mobil yang saya tumpangi menelusuri kota Kediri sebelum melihat mobil Gus Miek di sebuah gang, tengah meninggalkan tempat itu. Dalam kecepatan tinggi, mobilnya menuju ke arah selatan dan hanya dapat kami bayangi dari kejauhan. Setelah membelok ke barat dan kemudian ke utara melalui jalan paralel, akhirnya mobil itu berhenti di depan surau tersebut. Gus Miek sudah meninggalkan mobilnya menuju ke surau itu, ketika mobil tumpangan saya sampai. Ia terkejut melihat kedatangan saya, karena dikiranya saya adalah adiknya, Gus Huda. Rupanya mobil tumpangan saya sama warna dan merek dengan mobil adiknya itu.

Dari beranda itu ia menunjuk sebidang tanah yang baru saja disambungkan ke pekarangan surau dan berkata kepada saya, “Di situ nanti Kiyai Ahmad akan dimakamkan. Demikian juga saya. Dan nantinya sampeyan”. Dikatakan, tanah itu sengaja dibelinya untuk tempat penguburan para penghafal Al Quran. Saya katakan kepadanya, bahwa saya bukan penghafal Al Quran. Dijawabnya bahwa bagaimanapun saya harus dikuburkan di situ. Setahun kemudian, ketika KH Ahmad Sidiq wafat, beliau pun dikuburkan di tempat itu atas permintaan Gus Miek. Baru saya sadari bahwa Kiyai Ahmad yang dimaksudkannya setahun sebelum itu adalah KH Ahmad Sidiq.

Sejarah Makam Tambak

Pada saat perang Diponegoro sekitar tahun 1825 semua pasukan perang Diponegoro melarikan diri kesebelah timur lereng Gunung Wilis,dan membuka (membabat) hutan didaerah itu dengan menugaskan Kyai Imam Ashari (Seno Atmojo). Sampai akhirnya menemukan tiga makam yang menjadi cikal-bakal terbentuknya kompleks makam Aulia’ Kediri. Tiga makam tersebut adalah makam dari Syekh Maulana Abdul Qodir Khoiri,Syekh Maulana Abdullah Sholleh,Syekh Maulana Muhammad Herman/Aruman.

Lokasi Makam Tambak

Sekitar delapan kilometer dari Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kec Mojo, Kediri ada sebuah pemakaman awliya di dusun Tambak. Para peziarah biasanya mampir ke objek ziarah makam awliya’ Tambak ini sehabis ziarah ke makam Sunan Ampel di Surabaya dan berziarah ke makam KH. Achmad Djazuli di kompleks Pondok Pesantren Al-Falah. Bagi peziarah dari luar kota, dari terminal Kediri sebaiknya naik mikrolet jurusan Tulung Agung dan turun di Ponpes Al-Falah. Sampai di kompleks pesantren, peziarah biasanya langsung menuju kompleks makam pendiri pesantren, KH.Achmad Djazuli Utsman di samping kiri masjid Kenaiban. Selepas itu baru menuju kompleks makam auliya Tambak yang berada di dukuh Tambak. Peziarah bisa mempergunakan kendaraan ojek sepeda motor yang mangkal di depan pondok Al-Falah.

Sampai di kompleks Tambak para jamaah akan disambut oleh pintu Gerbang Makam yang tampak kokoh berdiri, terbuat dari kayu jati. Setelah masuk lebih dalam lagi sekitar 10 meter, tampak sebuah bangunan tua yang di dalamnya terdapat sekitar 22 makam awliya. Para peziarah sebelum masuk ke areal makam mengambil air wudhu di bagian paling barat kompleks makam. Selepas itu menuju masjid atau langsung makam Syekh Maulana Abdul Qadir Khoiri Al-Iskandari, Syekh Maulana Abdullah Soleh dan Syekh Maulana Erman Al-Jawi di selatan masjid.

Penghuni Makam Tambak

Ketiga makam ini diyakini sebagai pembawa syiar Islam di wilayah Kediri dan sekitarnya. Selepas itu jamaah baru melangkah ke bagian makam-makam awliya yang lain, seperti makam KH Chamim Djazuli (Gus Miek), KH Achmad Siddiq dan lain-lain. Keberadaan makam Tambak ini tidak bisa dilepaskan dari peran dan kiprah dakwah KH. Chamim Djazuli (Gus Miek). Putra ketiga dari KH. Achmad Djazuli Utsman, pendiri Pondok Pesantren Al-Falah ini lahir pada 1940. Sejak kecil ia memang sudah terlihat aneh. Sejak kecil ia suka mengembara, sehingga orang tuanya tidak tahu di mana Chamim kecil berada. Bahkan oleh ayahnya ia pernah dianggap sebagai anak hilang. Kebiasaan ini berlanjut hingga masa tuanya. Gus Miek dikenal sebagai tokoh sentral kegiatan semaan Al-Quran yang pengikutnya ribuan orang. Semaan ialah kegiatan membaca dan mendengarkan Al-Quran bersama-sama, dilakukan oleh ratusan orang dalam sebuah majelis. Awalnya setelah ia menemukan kompleks makam 3 auliya yakni Syekh Maulana Abdul Qadir Khoiri Al-Iskandari, Syekh Maulana Abdullah Soleh dan Syekh Maulana Erman Jawi di dusun Tambak.
Sejak tahun 1976-1986, Gus Miek bersama jamaahnya mengadakan acara semaan Al-Quran dan Dzikrul Ghofilin di kompleks makam ini. Hingga akhirnya Gus Miek membeli sebagian kompleks makam ini, dan lambat laun, kompleks pemakaman ini terkenal menjadi tempat ziarah auliya Tambak. Gus Miek wafat pada 5 Juni 1993, meninggalkan seorang istri dan lima anak, dimakamkan di sebelah timur kompleks 3 makam auliya tersebut. Haul Gus Miek diadakan setiap satu hari setelah hari raya Idul Adha di PP Ploso, Kediri.
Di sebelah timur makam Gus Mik (atau persis di tengah-tengah kompleks makam) terdapat makam Rais Am PBNU tahun 1984-1989 yakni KH Achmad Siddiq (PP As-Shiddiqiyah Putra/ Ponpes Asthra, Jember). Ia peletak dasar Khittah Nahdliyah pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo. KH Achmad Siddiq dilahirkan di Jember pada 24 Januari 1926. Kiai Achmad pernah menjadi sekretaris Menteri Agama KH Wahid Hasyim pada 1949-1952. Pada 1955-1957 dan 1971 ia pernah menjadi anggota DPR dari Partai NU. Ia wafat pada hari Ahad Legi 10 Rajab 1344 H di Surabaya dan dimakamkan di Tambak.
Di kompleks ini paling tidak ada sekitar 22 auliya yang kebanyakan para guru sekaligus murid Gus Miek. Mereka adalah pengasuh sekaligus pendamping Gus Miek di Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin untuk wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Seperti di selatan makam Gus Miek, terdapat makam KH. Anis Ibrahim, KH Shohib Mustofa al-hafidz, KH Ma’ruf al-hafidz, H. Abdul Hamid al-hafidz. Sementara itu di sebelah utara makam Gus Miek terdapat makam KH Ahmad Khudori. Di ujung timur kompleks makam itu terdapat makam KH. Yasin Yusuf (mubaligh Blitar termasyhur di zamannya), KH. Rokhmat Zubair, KH. Hamzah Nur, KH. Imtoha, Nyai Hj. Dewi Hajar, Asmui, Bani Askar, Hj Mardiyah dan H. Muslam. Sedangkan di sebelah tenggara terdapat sebuah bangunan tua yakni makam Mbah Danan Trenggalek dan Mbah Chamim Hasyim (teman riyadloh Gusmiek). Baru-baru ini dimakamkan di tempat ini juga yaitu penggerak semaan al-Quran di daerah Jember dan sekitarnya KH. Syauqi Halim Shiddiq dan Gus Zainal al-hafidz Surabaya (aktifis semaan al-Quran).

Allahummaghfir kulla man dufina fi hadzihil maqbaraoh wa amiddana bi madadihim wa yu’idu alaina min barakatihim wa anwarihim, amin

5 Responses

  1. maaf ,letak yang tepat adalah di dusun tambak desa ngadi kecamatan mojo kabupaten kediri, kalau desa ploso sekitar 3 km

  2. subhanalloh,…..
    betapa pentingnya berziarah ke makam para auliya’…
    tabarukan,….

  3. Alhamdulillah insyaallah saya juga penderek dzikrul ghofilin gus tajudin dan gus abdul rouf .

  4. YAA ALLAH HAMBA KEPINGIN BERZIARAH KEMAKAM PARA WALI MU AAMIINN YAA ROBBAL AA’LAMIIN

Tulis komentar/Pertanyaan